Tragedi Malam Tahun Baru

Oleh: Agata Elok F. (Siswa SMA Negeri 1 Tegaldlimo)

Kohar ingin sekali menikmati acara tahun baru nanti malam dengan teman-temannya. Dia meminta izin kepada ibunya.


Kohar : "Bu, nanti malam aku ingin ikut acara tahun baru dengan teman-taman."
Ibu : "Ibu nggak ngizinin kamu pergi nanti malam!"
Kohar : "Yach, Ibu payah ... Ibu kolot!"
Ibu : "Terserah apa katamu, keputusan Ibu tidak bisa diganggu gugat, titik!"
Kohar : "Tapi Kohar udah janji sama teman, Bu!"
Ibu : "Tetep nggak!"
Kohar : "Tu kan Ibu nggak gaul banget, dech!"
Ibu : "Pokoknya kamu nggak boleh keluyuran!"

Kohar memonyongkan mulutnya beberapa senti, ditatapnya si Ibu dengan gregetan. Sudah capek dia terus ngerayu, tapi ibunya tetap ngotot bilang nggak. Dia tidak bisa keluar rumah karena pintu dikunci dan digembok oleh Ibunya.

Sudah jam sepuluh Kohar masih mondar-mandir dalam kamar. Dia berpikir bagaimana caranya agar dia bisa keluar. Akhirnya dia terpaksa melompat dari jendela yang tingginya satu meter setengah. Sukses besar, tanpa menunggu reaksi dari si Ibu yang mendengar suara "Gedebruk", Kohar langsung ngebut dengan motor bebeknya. Da ... da .. Ibu, batinnya.

Mata Kohar tak henti-hentinya menikmati suasana tahun baru. Ini pertama kalinya Kohar bermalam tahun baru. Kohar tidak mengira kalau malam tahun baru akan semeriah itu. Apalagi pada saat jam 00.00, jam 12 malam tepat, kembang api berloncatan menghiasi langit.

Kohar : "Gila, kenapa nggak dari dulu aku ikut malam tahun baru-an, ya?"

Tapi ternyata nasib Kohar harus tamat sampai di situ. Dalam perjalanan pulang, sebuah truk gandeng mencium motornya. Kohar melayang ke udara dan terpental ke aspal. Darah bercucuran di tubuhnya. Teriakan histeris bercampur tangis, Kohar tewas. Mungkin Kohar kuwalat kepada Ibunya. Arwah Kohar masih melayang-layang dan ikut menangis semakin kencang. Bukan main rasa penyesalan dan dosa yang harus dia tanggung. Kohar belum siap mati.

Sementara Ibu Kohar belum selesai menangis, Kohar mendekat dan dipeluknya orang yang sangat dia sayangi itu.

Kohar : "Bu, maafin Kohar, Bu. Seandainya Kohar nurut kata-kata Ibu, pasti Kohar masih hidup. Tapi Kohar durhaka, Bu. Kohar kuwalat, Kohar sekarang mati.
Hiks ... hiks ... hiks ... (suara tangis Kohar semakin kencang)

Kohar sendiri tidak rela, belum siap menghadapi Tuhan. Kohar masih kangen sama Ibunya. Dosa-dosa Kohar masih banyak dan belum sempat bertobat. Tapi nyawanya sudah diambil leibh dulu. Kohar tidak tau apa yang harus dia lakukan. Dia ingin hidup lagi, tapi tanah sudah mengubur jasadnya yang hampir hancur.

Kohar : "Hai, jangan tinggalin aku sendirian di kuburan sepi ini, dong!" (teriak Kohar pada peziarah yang satu-persatu beranjak pulang)
"Pak RT, Pak RW, Pak Lurah, Ibu, Bapaaaaak ... hai semuanya, jangan pulang, temani Kohar!"
(Kohar terengah-engah, suaranya mulai serak)
"Kenapa semua nggak dengerin aku, sich? Tuli kali ya'? Pak, Bapak tolong jangan pulang, Pak ... Kohar belum siap untuk mati".
(Ratap Kohar kepada Bapaknya yang akan pergi meninggalkan kuburan. Kohar mencoba menarik lengan Bapaknya, tapi tidak bisa. Dikejar, ditarik, tapi tubuh Bapaknya tidak bisa menembus rohnya.

Kohar : "Ibu, ampuni Kohar, Bu! Kohar takut di sini sendiri, Bu! Buuuu ... Kohar durhaka, Kohar belum mau matiiiiii ... (Kohar berteriak dengan kencang).

...
...
...
...
...
...

Ibu : "Heh ... heh ... Kohar, bangun ... bangun ... sudah siang, nih!"

Dengan kagetnya Kohar bangun dari tempat tidurnya, ia langsung berdiri di depan cermin dan meraba-raba wajahnya yang ternyata masih utuh. Dicubitnya lengannya, terasa sakit, nafasnya masih terengah-terngah.

Kohar : "Terima kasih ya, Tuhan ... ternyata aku masih hidup."
Ibu : "Kenapa kamu, Har? Mimpi buruk apa mimpi basah?"
Kohar : "Ibu!" (Teriak Kohar dan langsung memeluk Ibunya)
Ibu : "Eh ... eh ... apa-apaan kamu, masih bau sekali kamu, Har!"
Kohar : "Ibu nggak apa-apa, kan?"
Ibu : "Astaga, Ibu masih sehat-sehat aja, kok!"
Kohar : "Eh, ini tanggal berapa ya, Bu"
Ibu : "Sekarang sudah tanggal satu"

Kohar : "Kok Kohar nggak dibangunin buat malam tahun baru-an, sih Bu?
Ibu : "Bukannya Ibu nggak mau bangunin kamu, tapi Ibu sengaja kasih kamu obat tidur supaya kamu nggak ikut-ikutan ramai-ramai di jalan!"
Kohar : "Haaaahhhh .... apaaaa? Ibu tega banget, sih bunuh anak sendiri?
Ibu : "Belum bunuh, Har ... tapi hampir!"
Kohar : "?!@#$%^&*()<>?:+=`|\"

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar